Mengenal Apa itu Skizofrenia
Artikel - Metro Hospitals Group
6 Maret 2024 pukul 15.38 WIB
Mengenal Apa itu Skizofrenia
Skizofrenia merupakan suatu gangguan mental yang cukup serius, di mana penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan khayalan dan realita. Kondisi ini umumnya ditandai dengan perilaku abnormal, seperti delusi dan halusinasi, sehingga tak jarang penderitanya dianggap “gila”.
Skizofrenia adalah masalah kesehatan jangka panjang yang memerlukan perawatan berkelanjutan. Artinya, penderita skizofrenia perlu menjalani perawatan seumur hidup untuk mengontrol gejala, mencegah komplikasi, dan membantu mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyebab Skizofrenia
Belum diketahui secara pasti apa penyebab skizofrenia. Namun, beberapa faktor yang diketahui dapat memicu terjadinya skizofrenia, yaitu:
1. Faktor Genetik dan Lingkungan
Apabila ada salah satu anggota keluarga inti yang mengalami skizofrenia, maka kemungkinana untuk keturunan dalam keluarga tersebut berisiko tinggi mengalami hal serupa.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti infeksi virus atau kekurangan nutrisi saat di kandungan, juga hidup di lingkungan yang penuh tekanan sehingga mengalami stres berat dapat memicu seseorang mengidap skizofrenia.
3. Perbedaan Struktur Otak
Terdapat dugaan bahwa gangguan kejiwaan berkaitan dengan perbedaan struktur otak.
4. Masalah Keseimbangan Kimia di Otak
Diyakini bahwa ketidakseimbangan kadar zat kimia dalam otak yang bernama dopamin dan glutamat dapat memicu skizofrenia.
5. Penggunaan Obat-obatan Tertentu
Skizofrenia juga bisa disebabkan oleh penyalahgunaan obat-obatan terlarang seperti narkotika.
Jenis-Jenis Skizofrenia
Berdasarkan gejala yang muncul, skizofrenia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Skizofrenia Katatonik
Skizofrenia katatonik termasuk kondisi yang paling langka, biasanya ditandai dengan gerakan secara tiba-tiba, tidak biasa, dan terbatas. Penderitanya bisa saja beralih dari sangat aktif ke diam dalam sekejap dan sebaliknya. Mereka juga tidak banyak bicara, namun sering meniru ucapan atau gerakan orang lain.
- Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling umum terjadi, di mana beberapa gejala utamanya adalah delusi dan halusinasi terhadap ketakutan tertentu. Penderita kondisi ini sering kali memiliki kecurigaan berlebih pada orang-orang di sekitarnya sehingga sulit mengendalikan emosi atau keinginannya.
- Skizofrenia Tidak Terdiferensiasi
Skizofrenia tidak terdiferensiasi menunjukkan berbagai gejala dari tipe skizofrenia lainnya. Misalnya, penderita bisa saja tidak banyak bicara atau berekspresi sekaligus mengalami kebingungan atau paranoid.
- Schizoaffective Disorder
Penderita schizoaffective disorder umumnya mengalami delusi yang disertai dengan satu atau lebih gejala gangguan mood atau suasana hati.
Diagnosis Skizofrenia
Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala dan riwayat kesehatan pasien kepada keluarganya, serta dilakukan beberapa tes untuk memastikan ada tidaknya penyalahgunaan zat berbahaya atau adanya kondisi medis tertentu. Adapun tes nya seperti:
- Pemeriksaan fisik, untuk memastikan ada tidaknya masalah lain yang berpotensi menyebabkan gejala skizofrenia.
- Tes darah lengkap, untuk mengesampingkan masalah medis lainnya yang mungkin menjadi sumber gejala.
- Tes pencitraan dengan CT scan atau MRI, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada struktur sistem saraf pusat dan otak pasien.
Selain itu dilakukan evaluasi kejiwaan dengan mengamati beberapa hal, meliputi:
- Mengamati penampilan, perilaku, dan sikap pasien.
- Memberikan sejumlah pertanyaan mengenai halusinasi, delusi, suasana hati, penggunaan zat tertentu, hingga latar belakang diri dan keluarga. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter menilai seberapa besar risiko pasien dalam membahayakan diri sendiri ataupun orang lain.
Cara Mengobati Skizofrenia
Apakah skizofrenia bisa sembuhkan? Perlu diketahui, belum ada obat khusus yang dapat menyembuhkan skizofrenia. Meski begitu, terdapat pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengendalikan dan mengurangi gejala sehingga penderita bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar layaknya orang normal, yaitu dengan obat-obatan, psikoterapi, serta terapi seperti elektrokonvulsi (pemberian gelombang elektromagnetik ke otak).